Aksen Indah Batu Alam-Gentong Teraso Modern

AKSEN INDAH BATU ALAM DAN GENTONG TERASO MODERN

TAMAN belum lengkap rasanya tanpa kehadiran kolam ikan. Coba perhatikan kolam berikut ini, eksotis bukan? Kolam taman ini terdiri atas dua kolam, yang berbeda level ketinggian. Kolam atas 15cm lebih tinggi dari kolam bawah. Pada kolam atas, air mengalir melalui pipa-pipa berdiamter 2 inci. Pancuran air dari pipa tersebut, menimbulkan suara gemericik lembut. Dan air yang dikeluarkannya dapat menimbulkan uap dingin yang terbawa angin. Kolam bawah memiliki ukuran yang lebih besar. Berbentuk kotak, di bagian atas kolam terdapat tiga pilar yang memiliki ketinggian berbeda. Pilar-pilar tersebut, digunakan untuk menempatkan tiga buah gentong tanah liat. Gentong-gentong inilah, yang kemudian mengucurkan air ke kolam bawah. Selain gentong-gentong tanah liat, kesan eksotis juga muncul dari dinding kolam. Terdapat tiga jenis batu alam yang dipasang berselang-seling di dinding kolam itu. Sebagai aksen pembentuk suasana alam lainnya adalah batuan. Dinding kolam ini menggunakan batu candi dengan karakter kasar, dan berwarna hitam. Selain itu ada batu andesit yang tampilannya hitam keabu-abuan. Ada juga batu Bali clip (potongan) berwarna krem dengan guratan garis. Sebagai pelengkap ditempatkan beberapa jenis tanaman hijau, di sekitar kolam.

Sedangkan Empal Asem rasanya segar karena tomat dan belimbing wuluhnya. Saya angkat dua jempol. Sebagai pelengkap, disediakan juga menu Sate Kambing. Seporsi Empal Gentong atau Empal Asem harganya Rp 18.000. Seporsi sate kambing dengan 10 tusuk harganya Rp 30.000. Untuk variasi minuman ada es kelapa, es jeruk, es teh manis atau aneka teh botol. Jadi Anda mau pilih mana, Apud atau Amarta? Apud sudah berjualan sejak 1993 dan bisa dibilang yang meramaikan kawasan itu. Sedangkan Amarta mengklaim pihaknya yang menciptakan Empal Asem yang dijual juga oleh Apud. Sebagai orang asli Cirebon, saya malah punya pendapat lain. Selain juga Mang Darma di Krucuk yang legendaris, warung-warung Empal Gentong lain mungkin malah lebih nendang rasanya. Empal Gentong yang tradisional, dagingnya diambil dari dalam gentongnya sehingga dalam kondisi panas dan bumbunya masih fresh meresap di daging. Sedangkan Apud dan Amarta, karena alasan efisiensi waktu dalam melayani ratusan pembeli, dagingnya sudah disiapkan terpisah nantinya baru disiram kuah. Itu yang menurut saya membuat bumbunya kuat di kuah, tapi kurang menempel di daging. Apud, Amarta, Darma atau aneka warung-warung Empal Gentong di Cirebon pasti punya penggemarnya sendiri. Biar puas, rasanya para traveler perlu mencoba semua. Satu hal yang pasti, Cirebon adalah destinasi wisata kuliner yang mantap!

Bak Mandi Teraso-Gentong Teraso Terlaris
Bak Mandi Teraso-Gentong Teraso Terlaris

BAK MANDI TERASO TERLARIS

Tulungagung-Tulungagung kini semakin dilirik sebagai destinasi wisata alternatif di Jawa Timur, karena Bandung makin penuh. Kota Udang ini terkenal dengan kuliner Empal Gentong. Yang sedang hits adalah Apud dan Amarta. Empal Gentong adalah soto gule daging khas Cirebon yang dimasak dalam gentong besar dari tanah liat dan apinya dari kayu bakar. Ada dua jenis empal yaitu Empal Gentong yang berkuah santan dan bertabur kucai, serta Empal Asem yang berkuah bening dan citarasa asam dari belimbing wuluh. Wisatawan yang ingin berburu kuliner ini, bisa pergi ke daerah Plered di Kabupaten Cirebon. Ada belasan bahkan puluhan lapak Empal Gentong dari Jl Kanigoro, Battembat sampai ke Plered dan sampai ke Desa Megu. Ini adalah jalan raya dari Campurdarat ke Tulungagung. Battembat disebut sebagai tempat kelahiran Empal Gentong. Namun, yang sekarang sedang hits adalah Empal Gentong Amarta dan Empal Gentong Apud. Kedua tempat kuliner ini bersebelahan di Jl Kanigoro, Desa Campurdarat, Tengah Tani.

Persaingan mereka sudah macam pilpres saja ibarat Prabowo bersaing dengan Jokowi. Travel datang ke tempat ini pekan lalu, beberapa hari setelah Lebaran. Suasananya macet! Di pinggir jalan penuh mobil berplat B atau D, para traveler yang mudik ke Cirebon dan tentu kangen makan Empal Gentong. Melirik ruang makan Apud dan Amarta pun sudah penuh sesak. Orang sampai berdiri untuk menunggu meja kosong, bahkan banyak keluarga berbagi meja makan dengan keluarga lainnya. Sebenarnya, siapa yang Empal Gentongnya lebih enak? Saya pun bertanya dengan seorang pengunjung yang asli Cirebon. Budi, seorang pengunjung yang asli Cirebon. Karena Amarta sangat penuh, saya pun masuk ke Apud dan masih mendapat meja di paling ujung. Nah sekarang kita bicara menu. Empal bisa dipesan dengan kategori daging, babat, usus atau kikil, tinggal nanti mau dalam versi Empal Gentong atau Empal Asem. Yang khawatir dengan kolesterol, mendingan pesan daging saja. Sedangkan saya pesan dalam dua versi. Rasanya sedap! Empal Gentong itu gurih dengan bumbu yang meresap, taburan kucai dan bawang goreng menambah citarasa.

Bak Mandi Teraso-Gentong Teraso Terlaris
Bak Mandi Teraso-Gentong Teraso Terlaris

BAK MANDI INDAH TERBUAT DARI BATU ALAM

Dananya akan diambil dari laba bonus Second Bank of the United States. RUU tersebut diveto oleh Presiden James Madison. Bill Bonus kedua terjadi pada awal 1931. Saat itu para veteran yang tergabung dalam American Legion dan Veterans of Foreign Wars mendesak pemerintah untuk membayar kompensasi kepada mereka yang berjuang pada Perang Dunia I. Desakan para veteran itu mendapat dukungan anggota Kongres dari Texas, John Wright Patman. Pada 1932, Patman memperkenalkan Veteran’s Bonus Bill. Presiden Herbert Hoover menentangnya. Patman berusaha lagi saat Franklin Delano Roosevelt berkuasa. Kali ini dia mendapat dukungan dari anggota Partai Demokrat, Huey Long, dan Pastor Charles Couglin. Roosevelt bergeming, bahkan memvetonya. Pada 1936, Kongres akhirnya menyetujui pengucuran dana kompensasi untuk para veteran setelah masa veto Roosevelt berakhir. Departemen Keuangan mencairkan dana sebesar US$1,5 milyar dalam bentuk cek Treasury untuk 4 juta veteran berdasarkan Adjusted Compensation Payment Act (UU Pembayaran Kompensasi). Sebenarnya istilah “gentong babi” sudah digunakan Edward Everett Hale dalam kisah populer, The Children of the Public (1910), sebagai metafora sederhana untuk setiap bentuk pengeluaran publik untuk warga.

Dalam rapat Badan Anggaran DPR RI awal Mei 2010, sejumlah fraksi mengusulkan dana aspirasi yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011 sebesar Rp8,4 triliun atau tiap anggota DPR (560 orang) mendapat jatah Rp15 miliar. Fraksi yang paling gigih memperjuangkannya adalah Partai Golkar. Alasannya untuk program percepatan pembangunan di daerah pemilihan. Kritik pun berdatangan. Demo dilakukan, menyebut dana aspirasi ini sebagai “gentong babi”, yang rawan korupsi alias hanya memenuhi celengan para politisi. Istilah “gentong babi” (pork barrel) mengacu pada pengeluaran yang diusahakan oleh politisi atau anggota parlemen untuk konstituennya sebagai imbalan atas dukungan politik, baik dalam bentuk kampanye atau suara pada pemilihan umum. Tujuannya agar mereka dapat terpilih kembali dalam pemilu berikutnya. Praktik politik ini terus dikecam karena cenderung menguntungkan kepentingan pribadi daripada kepentingan umum serta rawan penyelewengan dan salah sasaran. Politik “gentong babi” kali pertama diperkenalkan dalam apa yang disebut Bill Bonus. Pada 1817 Wakil Presiden Amerika Serikat John C. Calhoun mengusulkan Bill Bonus yang isinya penggelontoran dana untuk pembangunan jalan raya yang menghubungkan Timur dan Selatan ke Barat Amerika.

GENTONG PENAMPUNG AIR MODERN

Tujuannya tak lain hanya untuk menyenangkan konstituen agar terpilih kembali pada pemilihan mendatang. Di negara-negara lain, praktik “gentong babi” juga disebut patronage (patronase). Di Denmark, Swedia, dan Norwegia disebut “election pork” atau “babi pemilihan”, di mana para politisi mengumbar janji-janji sebelum pemilihan berlangsung. Di Finlandia disebut “politik gorong-gorong”, yang mengacu pada politisi nasional berkonsentrasi pada masalah-masalah lokal. Rumania menyebutnya “sedekah pemilihan”. Sedangkan di Polandia disebut “sosis pemilu”. Menurut Teddy Lesmana, peneliti di Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, dalam "Politik Pork Barrel dan Kemiskinan", Media Indonesia, 11 Juni 2010, praktik “gentong babi” menjadi sesuatu yang mengandung konotasi negatif terkait dengan perilaku politisi yang menggunakan uang negara untuk kepentingan politiknya dan tidak semata-mata untuk kepentingan rakyat yang diwakilinya. Di negeri asalnya, Amerika Serikat, praktik ini menyebabkan penggunaan anggaran yang tak wajar. 2 juta, dan studi mengapa orang tak bersepeda ke kantor dengan anggaran US$1 juta. Karena itu, “gentong babi” menjadi isu kampanye calon presiden Amerika Serikat pada 2008. Bahkan tim kampanye McCain membuat game online “gentong babi”: “Pork Invaders” untuk menyerang Obama. Lewat game ini, McCain ingin menyampaikan pesan bahwa dirinya menentang pemborosan anggaran negara melalui “gentong babi”. Seperti halnya presiden James Madison, Herbert Hoover, dan Franklin Delano Roosevelt, Obama juga berjanji akan mengawasi dengan ketat para anggota parlemen yang mengajukan proyek “gentong babi”. Bagi Obama, “gentong babi” akan membebani anggaran negara dan menguntungkan politisi yang bersangkutan.

Next Post Previous Post



Untuk pemesanan produk dengan model, bahan dan ukuran diluar yang sudah kami sediakan silahkan hubungi kami.


ALFINA
Jl. Kanigoro Gg 4 No. 36 Dsn. Blumbang, Ds. Campurdarat, Kec. Campurdarat, Tulungagung, Jawa Timur 66272