Makam Bongpay China Custom Terbaru
Makam Bongpay China Custom Terbaru
Makam Bongpay Marmer Custom, Makam Marmer Custom Terbaru, Chinese Bongpay - merupakan tipe makam yang digunakan oleh orang Budha. Makam ini sangat kental dengan tradisi orang Tionghoa yang menetap di banyak wilayah termasuk keturunan Tionghoa di Indonesia. Bagi saudara kita yang menganut agama Budha makam jenis ini yang kerap digunakan. Bahan yang digunakan pun kebanyakan adalah batu granit dan juga marmer. Berikut contoh gambar makam Bongpay. Tetapi juga memperhitungkan unsur pendekatan makna yang biasanya diukir pada beberapa desain bongpay. Bagi orang Tionghoa tidak mudah dalam membuat makam atau bongpay, beberapa macam aturan serta ketetapan harus mereka patuhi untuk mendapat bongpay yang baik. Di Percaya, makam bongpay yang baik dapat membawa kesejahteraan bagi keluarga mendiang yang ditinggalkan dan berlaku juga sebaliknya jika terjadi kesalahan dalam membuat bong pay. Aturan dan ketetapan dalam membuat bong pay pun harus diperhitungkan berdasar feng shui orang yang meninggal. Hasil perhitungan feng shui digunakan untuk menentukan letak, arah dan hari baik untuk meletakkan batu bongpay. Untuk menentukan ukuran dan kedalaman lubang bongpay pun harus diperhitungkan menggunakan ilmu meteran ukuran makam. Ukuran makam yang harus diperhatikan adalah lebar, panjang, tinggi bongpay dan meja dupa (sesaji). Jenis batu yang gunakan untuk bahan makam dan nisan produksi kami adalah yang berkualitas nomor satu yaitu Batu Kawi Agung. Jenis ini adalah termasuk batuan luar atau batuan galian atas, warnanya sangat putih sedikit bercorak dengan warna cream. Untuk kwalitas kawi ini adalah jenis yang terbaik dari jenis batuan lainnya. Dan juga batu granit hitam black nero dan jenis impala yang cenderung berwarna abu-abu.
Bongpay China Bahan Batu Marmer
Rumah bekas tempat tinggal Tan Tjin Kie itu sekarang menjadi show room mobil mewah. Gedung Binarong sudah tidak berbekas, yang tertinggal hanya potongan pilar bekas pagar halaman. Pabrik Gula Luwunggajah pada tahun 1922 dijual oleh ahli warisnya, kemudian dibongkar dan dipindah ke Desa Pabelan dengan nama Pabrik. Kemudian dibongkar lagi dan dipindah ke Babakan dengan nama Pabrik Gula Tersana Baru sampai sekarang. Konon, selain Tan Tjin Kie pada waktu ada pula beberapa warga Tionghoa yang kaya raya karena menjadi pachter (agen resmi) candu. Tapi Tan Tjin Kie tidak mau terlibat dalam bisnis haram tersebut, karena dilarang orangtuanya. Ia pun melarang keras anak-anaknya terlibat bisnis candu. Karena itulah Tan Tjin Kie disegani kalangan Tionghoa dan dihormati tokoh-tokoh pribumi. Ia dikenal dermawan dan tercatat sebagai salah seorang donatur dalam pembangunan rumah sakit. Banyak membantu masyarakat yang tidak mampu, sehingga dicintai banyak orang. Dekat dengan keluarga keraton Cirebon dan akrab dengan komunitas masyarakat Arab yang ada di Kota Cirebon. Tan Tjin Kie juga dikenal sebagai seorang pluralis. Kendati ia sendiri menganut agama Khong Hu Chu dan menjadi Ketua Kelenteng Tiao Kak Sie dan pengurus Klenteng Boen San Tong (Vihara Pemancar Keselamatan) Winaon, tapi ia juga mendirikan mesjid di lingkungan pabrik gula miliknya, yang dikenal dengan sebutan masjid Nona, dan juga menjadi donatur pembangunan gereja. Ketokohan Tan Tjin Kie mendapat perhatian dari pemerintahan kolonial Belanda, yang kemudian pada tahun 1882 mengangkatnya sebagai Laitenant Der Chinezen, letnan titular dari warga Tionghoa di Cirebon. Kepangkatannya dinaikkan terus sampai Mayor Tituler ketika Tan Tjin Kie berusia 60 tahun.
bongpay china bahan batu alam |
Cara Pasang Bongpay Kristen Marmer
TAN Tjin Kie dan istrinya tahun 1913 (kiri) dan dan diduga makam Tan Tjin Kie yang telah menjadi rumah. KAMPUNG Dukuh Semar (dekat Terminal Harjamukti Cirebon - saat ini) sudah jauh berubah dibanding seratus tahun lalu. Pada awal tahun 1900an kampung itu merupakan tempat “bong Cina” (kuburan Cina). Pada lima tahun lalu masih tersisa sebuah “bong” (makam) yang terbuat dari batu yang keras. Letaknya bersebelahan dengan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dukuh Semar Kelurahan Drajat. Kini ketika penulis ketika penulis kembali mencek bong tersebut, ternyata sudah berubah menjadi taman yang dibangun masyarakat kampung setempat. Kampung tersebut telah berubah menjadi permukiman yang padat. “Umumnya warga yang tinggal di sini merupakan penduduk baru,” kata Nunu (35) yang mengaku tinggal di kampung itu selama delapan tahun. Tak hanya puluhan makam etnis Tionghoa yang hilang, tetapi juga sisa beberapa ”bong” yang terletak di belakang Terminal Harjamukti yang terlihat pada lima tahun lalu, kini rata dengan tanah.
Hanya puing-puing bekas pasar pindahan Pasar Jagasatru yang ditinggalkan penghuninya. Kisah tentang Tan Tjin Kie ini ditulis oleh Tan Gin Ho dalam bahasa Malayu Tionghoa, kemudian pada tahun 2004 dialihbahasakan oleh Dr. Ie Tiong Bie alias Iwan Satibi warga Jatiwangi, Kabupaten. Mengagumi tokoh Tionghoa tersebut, setelah ia membaca buku tentang Kelenteng Tiao Kak Sie yang ditulis oleh Ezerman. Dalam catatan Iwan Satibi disebutkan, Tan Tjin Kie pada waktu itu adalah orang terkaya di Cirebon. Memiliki lebih dari seratus rumah yang disewakan, terletak di jalan-jalan protokol Kota Cirebon. Memiliki Pabrik Gula Luwung Gajah di Ciledug, dan sebuah gedung mewah mirip istana di depan pabrik tersebut yang bernama Gedung Binarong. Ia juga memiliki beberapa rumah tempat peristirahatan. Di antaranya rumah peristirahatan pesisir yang kini menjadi Sekolah Santa Maria, dan rumah peristirahatan Tambak di Dukuh Semar. Sedangkan Tan Tjin Kie bersama keluarganya tinggal di sebuah rumah kuno di Jl. Pasuketan Kota, yang waktu itu usianya sudah sekitar dua abad.
Kerajinan Bongpay Dari Batu Alam
Bin Cu Hoa menjura tiga kali kepada semua tetamunya, ia ber-ulang-ulang menghaturkan terima kasih, ia undang pula sekalian tetamu keringkan cawan mereka. Rombongannya Sin Cie membalas hormat, terutama karena mereka dari golongan muda. Mendadak salah seorang muridnya Bin Cu Hoa muncul dengan kesusu, ia hampirkan gurunya, untuk berbisik, setelah mana, kelihatan tuan rumah itu jadi sangat girang, lekas-lekas ia letaki cangkirnya diatas meja, lantas ia lari kearah pintu, kapan sebentar kemudian ia kembali, ia berserta tiga orang yang ia perlakukan hormat sekali. Ia juga undang ketiga tetamu itu duduk dikepala meja. Sin Cie, yang awasi mereka. Orang pertama, yang dandan sebagai satu pelajar, menggendol sebatang pedang panjang dibelakangnya, kedua matanya bersinar dan sikap-dedeknya angkuh. Orang kedua berumur tiga-puluh lebih. Dan yang ketiga, umur dua puluh dua atau dua puluh tiga tahun, adalah sorang perempuan yang eilok parasnya, tapi sikapnya adem. Terdengar suaranya Bin Cu Hoa. Pelajar itu tertawa. "Urusan Bin Jieko mana dapat kami tak campur tahu?" kata dia.
cara pasang bongpay dari marmer |
Ia tertawa pula. Sin Cie jadi mendongkol, akan tetapi ia masih dapat mengatasi dirinya. Ia tidak perlihatkan roman gusar. Ma Kongcu dengan roman sangat bangga. Itu waktu dari perahu pelesirannya si kongcu ini muncul pula seorang lain, pakaiannya perlente tetapi kepalanya kecil dengan mata kecil juga, sedang kumisnya caplang. Ia lantas menjura kepada Ma Kongcu. Melihat dandanan orang, Sin Cie merasa pasti orang ini gundalnya pemuda itu. Itulah titah yang cuma dimengerti orang yang dipanggil Keng Teng itu, yang sebenarnya ada orang she Yo. Sin Cie tdiak enak hati mendengar kata-kata itu, terutama ia kuatir Ceng-Ceng gusar, akan tetapi diluar sangkaanya, ia lihat nona itu tertawa dengan ramah-tamah. Ceng Ceng. "Mari kita berangkat sekarang!" Ma Kongcu girang seperti ia mendapati mustika yang terjatuh dari langit, dia sambar tangannya Ceng Ceng untuk ditarik. Tapi Ceng Ceng mendahului tarik tangannya sendiri, untuk dipakai membetot satu bunga raya, tubuh siapa ditolak kepada Kongcu itu, hingga mereka itu jadi saling tabrak!
Bongpay Marmer Pengrajin Tulungagung
Maka, kalau nanti aku terbinasa, aku minta sukalah kamu rawat baik-baik pada subu, sumoay dan suteemu itu. Suhu, jangan suhu mengucapkan begitu," kata murid yang lainnya. "Ilmu silat suhu tinggi, hingga suhu bis amenjagoi di kanglam, umpama kata suhu tak dapat memenangkan mereka, toh tidak nanti suhu bakal kena dikalahkan. 459 tidak sanggup lawan mereka itu? Kenapa suhu tidak mau undang sahabat-sahabat suhu dipelbagai tempat, supaya mereka datang membantu? Dulu dimasa muda, aku pun berdarah panas sebagai kamu," kata guru itu. "kesudahannya, seperti kau lihat, onar menjadi begini rupa. Sekarang ini aku terserah, aku hendak kasi diriku dibunuh mereka, untuk membayar hutang jiwa, dengan begitu urusan menjadi beres. Kelihatannya Ciau Kong Lee ini bukan seorang jahat," memikir pemuda kita. "Mungkin dulu dia telah berbuat salah tetapi sekarang ia sudah insaf dan menyesal. Oleh karena suhu berkeputusan tidak hendak lawan mereka," berkata murid ini dengan jawabannya, "marilah malam ini juga kita berangkat untuk menyingkirkan diri, sedikitnya untuk sementara waktu. Mana dapat tindakan itu diambil? Suhu kenamaan, apa mungkin kita jeri terhadap musuh? Apa sih kenamaan atau tidak kenamaan? Sekarang ini aku tidak pikiri soal kenamaan lagi. Menyingkir juga tak dapat kita menyingkir untuk selama-lamanya. Maka besok pagi, kamu semua berangkat, aku akan berdiam sendirian disini, untuk layani mereka! Aku suka temani suhu! Apa?" berseru juga sang guru. "Selagi ancaman malapetaka mendatangi, kau tak suka dengar perkataanku? Baik, kamu suruh semua berkumpul disini! Kau berdiam disini, aku larang kau bergerak! Dimasa mudaku, aku hidup dalam dunia Rimba Hijau," kata guru ini. "Sekarang ini tak perlu aku umpatkan apa jua terhadap kamu semua.